Boyolali, Sabtu (14/06) – Di balik kokohnya dinding Rutan
Boyolali, ada sebuah kegiatan yang menyentuh hati, berlangsung di aula pada
Sabtu pagi. Suasana yang biasanya sunyi dan penuh beban terasa berbeda hari
itu. Bukan karena pengumuman penting atau razia mendadak, melainkan karena
hadirnya semangat baru yang dibawa oleh sekelompok mahasiswa.
Mahasiswa Praktik Layanan Pendidikan Profesi Psikolog Umum
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan kegiatan psikoedukasi
bertema “Resiliensi: Tangguh Menjalani, Cerdas Menyikapi.” Kegiatan ini
ditujukan khusus kepada 14 warga binaan baru, yang sedang memasuki masa awal
pembinaan—masa yang sering kali terasa asing, berat, dan penuh tekanan.
BELAJAR MENJADI KUAT DI TENGAH KETIDAKPASTIAN
Mereka yang baru masuk ke rutan bukan hanya menghadapi
tembok dan jeruji, tapi juga perasaan bingung, takut, bahkan kehilangan arah.
Menyadari hal itu, para mahasiswa hadir bukan untuk menggurui, tetapi untuk
mendampingi. Mereka ingin membantu para warga binaan memahami bahwa hidup tidak
berhenti di sini, dan bahwa setiap orang punya kesempatan untuk bangkit.
Melalui pendekatan yang hangat dan manusiawi, psikoedukasi
ini membahas bagaimana cara membangun resiliensi—kemampuan untuk tetap kuat
meski menghadapi kesulitan. Para peserta diajak mengenali emosi, menerima diri,
dan menumbuhkan harapan.
“Kami ingin mereka tahu, bahwa merasa sedih, takut, atau
bingung adalah hal yang wajar. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana mereka
bisa bangkit dan menata hidup kembali,” ungkap salah satu mahasiswa.
RELAKSASI DAN AIR MATA YANG MEMBEBASKAN
Menjelang akhir sesi, peserta diajak untuk melakukan latihan
relaksasi penerimaan diri. Meski sederhana, latihan ini menjadi momen yang
begitu emosional. Beberapa warga binaan menangis—bukan karena lemah, tapi
karena akhirnya bisa melepaskan beban yang selama ini dipendam sendiri. Bahkan,
beberapa dari mereka saling berpelukan, memberi dukungan satu sama lain.
Suasana aula yang biasanya penuh ketegangan berubah menjadi ruang penuh
kehangatan dan harapan.
“Saya merasa lebih tenang… lebih bisa menerima keadaan saya
sekarang,” ujar salah satu peserta dengan mata berkaca-kaca.
SEBUAH LANGKAH KECIL MENUJU PERUBAHAN BESAR
Kegiatan ini memang sederhana. Tidak megah. Tapi dampaknya
begitu nyata. Di tengah lingkungan yang seringkali keras dan penuh stigma,
hadirnya kegiatan ini seperti oase yang menyegarkan. Mahasiswa UMS percaya,
setiap orang—termasuk mereka yang sedang menjalani hukuman—berhak mendapat
dukungan untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak.
“Kami percaya, setiap orang berhak atas kesempatan kedua.
Dan mungkin, dari kegiatan seperti inilah awal perubahan besar bisa dimulai,”
ujar salah satu mahasiswa dengan penuh harap.
Rutan memang tempat pembinaan. Tapi dengan kehadiran
hati-hati yang peduli, pembinaan bisa menjadi lebih manusiawi dan bermakna.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!